Sejarah Perkembangan Film di Indonesia

Kehadiran film sudah ada sejak era 1890-an. Di tahun 1985, film pertama kali diputar di Boulevard des Capucines di kota Paris, Prancis. Saat itu film yang diputar berjudul Workers Leaving the Lumiere's Factory dan hanya berdurasi beberapa menit saja tanpa memiliki alur yang jelas. Meski begitu tanggal 28 Desember 1895 tersebut diperingati sebagai hari sinematografi dunia. Setelah itu perkembangan film dunia semakin cepat. Industri movie mulai berkembang di negara-negara lain, seperti Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Italia atau negara-negara Eropa lainnya. Industri film Hollywood asal Amerika kemudian menjadi yang terdepan untuk urusan film. Lalu bagaimanakah dengan industri film dalam negeri di Indonesia?

Sejarah Perkembangan Film di Indonesia


Film pertama kali diperkenalkan di negara Indonesia tepatnya pada tanggal 5 Desember 1900 di kota Jakarta yang dulu masih bernama kota Batavia. Pada zaman itu, film disebut Gambar Idoep (gambar hidup). Saat itu film yang pertama kali diputar di Indonesia merupakan jenis film dokumenter yang menceritakan tentang kehidupan ratu dan raja Belanda di kota Den Haag. Tak heran mengingat saat itu Indonesia masih berada dalam masa penjajahan Belanda.

Baru pada tahun 1905 film yang memiliki alur cerita beredar di Indonesia. Meski begitu film-film tersebut diimpor dari Amerika dan diubah judulnya ke bahasa Melayu. Film-film ini cukup laku dan mengundang banyak penonton. Baru pada tahun 1926 film-film lokal dalam negeri mulai diproduksi, meski masih falam silent movie atau film bisu. 

Film bioskop lokal yang pertama kali dirilis berjudul Loetoeng Kasaroeng yang diproduksi oleh perusahaan film NV Java Film Company. Setelah kesuksesan film lokal pertama, mulai muncul banyak perusahaan dan studio film yang merilis beberapa film-film dalam negeri. Di tahun 1931 film bersuara pun mulai diproduksi dan hal ini semakin membuat antusiasme kepada industri film di Indonesia meningkat.


Era Setelah Merdeka

Usai merdeka, industri film di Indonesia makin berkembang. Pada tahun 1954, dibentuklah PPFI atau Persatuan Perusahaan Film Indonesia. Setahun berselang, digelar ajang Festival Film Indonesia atau FFI. Ajang FFI ini diprakarsai oleh Djamaludin Malik. Pada FFI pertama ini, film Jam Malam tampil sebagai film terbaik yang pertama. Film tersebut merupakan film karya sutradara Usmar Ismail dan terpilih untuk mewakili Indonesia dalam ajang Festival Film Asia di Singapura.

Produksi film Indonesia pun semakin meningkat seiring dengan perkembangan zaman. Profesi sebagai aktor dan aktris pun menjadi sebuah profesi yang prestis dan elit. Penonton pun makin banyak yang datang di bioskop. Mulai era 60-an hingga era 90-an berbagai film-film lokal banyak beredar. Mulai dari film komedi yang banyak dibintangi oleh Benyamin S atau trio komedian Warkop DKI (Dono, Kasino, Indro). Lalu juga ada film-film horor yang menjadi ciri khas aktris Suzanna. Hingga film-film romantis musikal yang banyak dibintangi oleh H. Rhoma Irama.

Meskipun begitu industri film Indonesia masih kalah oleh film-film luar. Berbagai bioskop lebih memilih menayangkan film-film barat produksi Hollywood dibandingkan film-film lokal yang memang kalah kualitas. Di era 90-an mulai banyak komunitas film-film independen di Indonesia dengan sinematografi yang baik. 


Era Film Modern

Era 2000-an perfilman Indonesia mulai bangkit. Kehadiran film Ada Apa dengan Cinta membuka keran film-film teen romance (remaja) di bioskop Indonesia. Meski sempat diwarnai oleh maraknya film horor seks yang banyak dikritik karena kualitas rendah, namun perfilman Indonesia mulai bangkit.

Terdapat banyak film-film Indonesia berkualitas dari berbagai genre, mulai dari komedi, romantis, musikal, horor, drama, hingga action. Film-film seperti Petualangan Sherina, Ada Apa dengan Cinta, Gie, Laskar Pelangi, Ayat-Ayat Cinta, hingga The Raid yang sukses merambah pasar Hollywood menjadi deretan film-film penting dan berpengaruh dalam sejarah perfilman lokal di Indonesia.


-NamaFilm-

Mokhammad Zakky


EmoticonEmoticon